Taukah
anda tentang frekuensi jaringan listrik? Untuk menemukan definisi yang akurat
tentang kalimat di atas mari kita cari tau arti katanya satu persatu. Frekuensi
secara umum dapat diartikan sebagai jumlah kemunculan suatu kejadian yang
berulang pada suatu jangka waktu tertentu. Frekuensi didefinisikan sebagai jumlah periode
gelombang yang terjadi selama 1 detik. Mengacu pada SI, satuan
frekuensi adalah Hertz yaitu jumlah siklus per detik. Nama ini diberikan
sebagai penghargaan kepada Heinrich R. Hertz atas kontribusinya pada bidang
gelombang elektromagnetik. Pada sistem tenaga listrik, istilah frekuensi
diasoasikan dengan frekuensi tegangan dan arus listrik. Frekuensi ini diperoleh
dari kombinasi jumlah putaran dan jumlah kutub listrik pada generator di
pembangkit listrik. Pada awal sejarah munculnya listrik, pemahaman terhadap
frekuensi tidak seperti yang sekarang ini kita semua pahami. Pada masa itu
frekuensi lebih dipahami sebagai banyaknya jumlah perubahan polaritas (alternasi)
per menit, akibatnya pada masa tersebut banyak kita temui frekuensi sistem
tenaga yang apabila kita ubah ke definisi frekuensi modern akan menghasilkan
angka yang tidak lazim, seperti 83 Hz atau 133 Hz. Selain tegangan dan arus,
frekuensi jaringan listrik adalah besaran yang akan dikonfirmasi oleh setiap
orang yang akan memakai suatu peralatan listrik. Jawabannya pun hanya antara 50
Hz dan 60 Hz, asal frekuensi peralatan tersebut sudah cocok dengan jaringan
listrik yang ada maka alat tersebut akan baik-baik saja. Selama ini kita tahu
dan menerima saja bahwa ada dua jenis frekuensi yang dipakai di sistem tenaga,
namun, mengapa 50 Hz dan 60 Hz? Tulisan ini akan mengulas singkat tentang
frekuensi-frekuensi tersebut pada sistem tenaga listrik kita.
Perkembangan
Frekuensi pada Sistem Tenaga Listrik dimulai sekitar tahun
1890an dimana jaringan listrik masih baru mulai berkembang. Pada masa itu listrik masih
bersifat lokal, tidak ada transmisi jarak jauh, tidak ada interkoneksi, dan
beban utama adalah penerangan. Akibatnya adalah muncul bermacam-macam frekuensi
jaringan listrik yang beroperasi tergantung pada perusahaan penyedia generator
pada pusat pembangkit lokal. Contohnya di Amerika Utara, Westinghouse memilih
mengoperasikan generator buatannya pada 133 Hz, sementara Thompson-Houston
menggunakan generator yang beroperasi menghasilkan 125 Hz. Di Britania Raya,
frekuensi sistem bervariasi mulai dari 83 Hz hingga 133 Hz. Frekuensi yang
beroperasi di eropa daratan juga bervariasi mulai dari 30 Hz hingga 70 Hz. Sedangkan
AEG dari Jerman menggunakan frekuensi 40 Hz untuk mentransmisikan listrik
sejauh 175 km ke Frankfurt, MFO dari Swiss menggunakan frekuensi 50 Hz untuk
mentransmisikan listrik ke pabriknya, sementara Ganz dari Hungaria menggunakan
42 Hz untuk melayani konsumen beban penerangannya. Begitu banyaknya frekuensi
yang muncul menawarkan kelebihan dan kekurangan masing-masing, disamping juga
mengakibatkan kebingungan tersendiri. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan
untuk mendapatkan frekuensi yang paling tepat, sesuai dengan teknologi dan
karakteristik sistem tenaga listrik jaman tersebut, diantaranya:
- Frekuensi yang tinggi dengan pertimbangan transformator
Semakin tinggi frekuensi operasi
maka ukuran transformator akan semakin kecil. Keuntungan menggunakan frekuensi
yang lebih tinggi adalah biaya produksi transformator akan bisa menjadi lebih
murah.
- Frekuensi yang rendah dengan pertimbangan turbin-generator
Generator-generator
pada masa tersebut umumnya diputar dengan menggunakan sabuk yang terhubung ke turbin,
seperti pada generator Westinghouse yang menghasilkan frekuensi 133 Hz.
Perkembangan selanjutnya adalah menghubungkan langsung turbin dengan generator
pada 1 sumbu, namun dengan teknologi pada masa itu hanya bisa apabila putaran
generator-turbin cukup rendah, artinya frekuensi listrik yang dihasilkan juga
rendah.
- Frekuensi dengan pertimbangan lampu penerangan
Beban utama yang dilayani sistem
tenaga listrik pada saat itu adalah beban penerangan. Beban penerangan menuntut
frekuensi sistem yang tidak rendah, karena akan mengakibatkan lampu yang
berkedip-kedip. Frekuensi sistem harus tinggi supaya kedip pada lampu tidak
lagi terasa oleh mata manusia.
- Perkembangan teknologi motor listrik
Motor
induksi mulai berkembang pada masa tersebut. Belum adanya teknologi pengaturan
kecepatan motor mengkibatkan motor akan berputar proporsional dengan frekuensi
sistem tenaga listrik yang ada. Produsen motor listrik pada umumnya adalah
perusahaan yang juga membuat generator sehingga cenderung untuk memproduksi
motor listrik yang sesuai dengan spesifikasi frekuensi generator yang
diproduksinya sendiri, misalnya MFO dari Swiss dengan sistem 50 Hz. Apabila
kita ingin menggunakan motor listrik tersebut, tentu saja kita harus
menyediakan sistem tenaga yang sesuai dengan spesifikasi frekuensi motor
tersebut.
Akhirnya
kompromi menjadi jalan tengah untuk mendapatkan frekuensi terbaik dari sekian
banyak persyaratan yang saling berlawanan tersebut. Angka kompromi yang muncul
pada masa itu adalah frekuensi pada kisaran 50 – 60 Hz. Angka tersebut cukup
rendah untuk teknologi pembangkitan, cukup tinggi untuk mendapatkan
transformator yang sesuai, dan cukup tinggi supaya kedip pada lampu penerangan
tidak terasa. Tidak cukup jelas alasan mengapa pada akhirnya sistem tenaga
listrik Eropa berkembang dengan menggunakan 50 Hz, sedangkan sistem tenaga
listrik di Amerika Utara berkembang dengan menggunakan 60 Hz. Kembali pada
faktor produsen generator pada masa tersebut, selain itu sudah dimulainya
interkoneksi antar daerah yang bertetangga. Apabila suatu daerah ingin
digabungkan melalui interkoneksi, frekuensi yang dipilih harus sama dengan
frekuensi yang sudah ada sebelumnya yaitu 50 Hz atau 60 Hz. Sementara sistem
tenaga listrik Indonesia adalah 50 Hz, dan kalau daya (MW) yang dibangkitkan
lebih kecil dari beban yang terlayani maka frekuensi akan kecil dari 50 Hz,
begitu sebaliknya bila daya (MW) yang dibangkitkan lebih besar dari beban yang
terlayani maka frekuensi akan besar dari 50 Hz.
Frekuensi 50 Hz dalam sistem
tenaga listrik, dapat dilihat pada contoh generator dengan kecepatan putar 3000
rpm atau 3000/60=50 cps (dengan 2 kutub magnet), berarti untuk menghasilkan
frekuensi 50 Hz, rotor generator akan berputar sebanyak 50 kali putaran dalam 1
detik. Frekuensi sebenarnya adalah karakteristik dari tegangan yg dihasilkan
oleh generator. jadi kalau dikatakan frekwensi 50 hz, maksudnya tegangan yg
dihasilkan suatu generator berubah-ubah nilainya terhadap waktu, nilainya
berubah secara berulang-ulang sebanyak 50 cycle setiap detiknya. jadi tegangan
dari nilai nol ke nilai maksimum (+) kemudian nol lagi dan kemudian ke nilai
maksimum tetapi arahnya berbalik (-) dan kemudian nol lagi dan seterusnya. Penggunaan frekuensi 50 hz dan 60 Hz tentunya sudah
dianalisa dengan baik oleh para produsen generator. Mereka menetapkan batasan
dan aturan tertentu yang berdasarkan dari pengalaman dan eksperimen yang
berkelanjutan sebagai produsen generator. Poin yang menjadi pertimbangan tentu
saja masalah teknis dengan menetapkan standar 50 Hz dan 60 Hz tersebut. Hal
lainnya adalah dari sisi ekonomis dan efisiensi kesatabilan beban. Dari sini
pasti anda telah memahami apa itu frekuensi jaringan listrik. Semoga artikel
ini bermanfaat bagi anda. Salam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar